Monday, December 14, 2015

Khayangan

Halo, namaku Pango. Ibuku yang memberi nama itu, mungkin karena ia selalu menggunakan kecap Bango setiap kali memasak. Aku adalah seorang perempuan. Ya, mungkin kau terkejut, semua orang begitu setelah mengetahuinya.
Tiap kali aku mendengkur, ibuku selalu menemukanku sedang tidur dengan posisi khayang. Ia selalu membangunkan aku lalu mulai memaki-maki, katanya bisa cepat mati bila sering tidur khayang, entah mitos itu ia dengar dari mana. Namun makian tersebut malah membuatku semakin menjadi. Aku jadi sering tidur tengkurap dimana-mana, bahkan di tempat yang tidak seharusnya, dan itulah awal mula permasalahan hidupku terjadi.
Aku sedang berjalan di trotoar ketika aku mendengar suara decitan mobil jazz yang tak kusangka isinya kosong. Aneh, kan? Anehnya lagi, tak seorang pun di sekitarku menyadarinya, mereka tetap berlalu-lalang begitu saja. Yang lebih mengagetkan lagi, aku sedang khayang sambil makan es krim rasa peanut butter di situ. Dan, ya, orang-orang sekitarku tidak menyadarinya.

Setelah itu, dari balik pantatku, aku melihat seorang lelaki jantan sedang berjalan ke arahku. Ia bertanduk, setidaknya itu yang kulihat walaupun buram. Seandainya saja aku mengenakan kacamata sekarang. Tanduknya bercabang dua. Ia berjalan ke arahku lalu berseru, "Hey, gadis manis!" Aku segera kembali ke posisi berdiri dan dengan malu-malu menyahut, "Hehehe," Awalnya, aku hendak bertanya siapa Si Kurang Ajar ini, tapi hanya tawa yang keluar dari mulutku. Itu bukan diriku. Lantas, siapa yang barusan mengendalikan suaraku?

Aku bengong sesaat. Ternyata, itu adalah suara kucingku. :P

Eh, tunggu. Sejak kapan aku membawa Miki ke toko es krim?

Lelaki itu akhirnya angkat bicara, "Hey, ayo kita ke hotel."
Aku melongo. Apa-apaan dia datang dan langsung mengajakku ke hotel, dikiranya aku perempuan murahan apa? Namun, akhirnya aku mengiyakan ajakannya. Ini semua begitu ganjil dan hari ini aku seperti bukan aku. Pango biasanya tidak akan mengambil resiko merepotkan seperti ini.

Kami sampai di hotel pukul 8 malam. Lelaki itu pamit untuk memesan kamar di resepsionis, aku memilih untuk duduk di sofa. Lalu, aku sadar bahwa Miki memang tidak ikut dengan kami ke Hotel, maupun ke toko es krim. Aku bahkan tak ingat sejak kapan aku berjalan di trotoar itu dengan es krim.

Astaga. Aku ingat sekarang. Ya, aku ingat. Aku sedang mengendarai mobil, berdua bersama Miki. Saat itu aku sedang menuju sebuah toko es krim terkenal yang baru buka sambil mengetik SMS balasan untuk ibu. Setelah itu, semua terjadi begitu cepat. Bunyi decit mobil, es krimku tumpah, Miki mengeong keras seolah meminta pertolongan, darah, banyak sekali darah, lalu gelap.

Lelaki itu kembali. Kali ini aku yakin dengan tanduk di kepalanya. Ia menengok ke arah sebuah kamar gelap dengan teriakan dan jeritan di dalamnya. Ia menjulurkan tangan lalu berkata dengan suara berat dan seringai yang menakutkan, "Sudah siap, Pango?"

FIN.

P. S: Gue tulis ini berdua sama Yessica, tanpa plot atau apapun, tapi dia yang bikin endingnya. Yha. Dia emang saiko.

P.S lagi: gue cakep ya.

P.S lagi lagi: jangan mau sama Yessica, dia kayak... ew.

P.S lagi lagi lagi: Yang di atas fitnah semua, tks. ((Yessica))

Cie, bingung.

Salam Cabe,
Theniarti Ailin
Yessica Chandis

                                                                     BONUS
ini Yessica. yha, dy mank jeleq

7 comments: